Maha Suci Allah SWT yang telah menjatuhkan makananku, begitulah setidaknya judul yang menurutku cocok dengan secuil kisah penuh makna ini. “Abi, nanti kalo pulang aku boleh titip nggak?”. “Titip apa?”, “Gohyong (sejenis makanan korea yang sekarang mulai marak di pinggir jalan)”, “oke”. Begitulah percakapan singkat sore itu dengan istriku, sebelum aku pergi memenuhi undangan menjadi narasumber di pesantren tempatku menimba ilmu dulu. Sekitar 18 kilometer dari rumah.
Adzan maghrib sudah melaung-laung di langit senja kala itu, aku memutar setir motor warisan itu menuju masjid terdekat. Dalam perjalanan pulang itu tak lupa mampir membeli gohyong titipan istri. Yah memang makanan seperti ini waktu itu belum ada di tempatku, kalau pun ada rasanya tak karuan. Jadi memang sengaja beli di Taman Pinang yang jaraknya sekitar 11 kilometer dari rumah.
“mas bungkus dua ya!” ucapku. “tambah cabe hijau?”, “ndak usah” lantas kutanyakan berapa harganya dia menjawab dengan mengacungkan dua jarinya. Kubayarlah dengan uang pas Rp. 20.000.
Pejalanan dari tempat membeli jajanan itu sekitar 25-30 menit menuju rumah. Nah, disinilah tragedi itu dimulai. Qadarullah tanpa sadar, motorku terperosok lubang di jalan. Cukup dalam hingga hentakannya menjatuhkan gohyong yang baru saja kubeli itu. Setelah menepi di jalan kulihat masih ada sisa yang bisa ku bawa pulang. Walau tanpa kuah dan bumbu karena sudah berantakkan di jalan. “wah padahal 1 menit lagi sampai rumah” pikirku. “Ah gapapa lah, nanti tinggal bilang ke istri kalau makanannya jatuh di jalan. lagi pula juga masih ada sisa walau sedikit”. Kulanjutlah perjalanan pulang yang tinggal se-iprit itu. Beberapa detik kemudian terlintas di fikiran “wah kasian juga istri, tak jadi makan makanan pesanannya padahal sudah menunggu”. Ku putar balik setir padahal rumah sudah di depan mata.
Telfon sudah berbunyi berkali-kali namun tak satupun ku angkat, karena sudah tahu siapa dan apa percakapan yang akan terjadi. Motor hitam itu kupacu secepat mungkin kembali penjual jajanan itu. Setelah meniti kilometer demi kilometer sampai juga pada penjual yang tadi. Dengan percakapan yang sama seperti sebelumnya “mas bungkus dua ya!”. “tambah cabe hijau?”, “ndak usah” langsung aku sodorkan uang 20 ribu seperti sebelumnya kemudian dengan sigap mengambil 2 bungkus makanan yang sudah siap itu seperti tak terjadi apapun.
“mas uangnya kurang 20 ribu!” dengan sedikit berteriak penjual itu memanggilku, akupun kembali dan mengatakan “bukannya 20 ya, kan dua bungkus”, penjual itu menjawab “iya mas, satu bungkusnya 20 ribu, kalau dua bungkus berarti kan 40 ribu”. Dengan tidak percaya kuceritakan “tadi saya setelah maghrib beli di sini, kata masnya 20 ribu, saya bayar 20 ribu, kan masnya juga tadi yang bungkusin?”. Setelah itu dia terlihat seperti kebingungan dan mungkin kurang fokus sebelumnya . “berarti saya tadi kurang bayar 20 ribu mas” langsung kuberikan kekurangan bayar 40 ribu “ini mas kurangnya yang tadi 20 ribu, trus ini kurangnya yang sekarang 20 ribu, pas ya..” dia masih terlihat kebingungan dan masih tak mengatakan apa-apa.
Saat duduk diatas motor barulah terbersit dalam benak “deg.. Ya Allah ternyata engkau sengaja menjatuhkan makananku supaya hamba kembali ke tempat ini, Engkau jatuhkan makananku supaya hamba tidak terlilit hutang yang tidak hamba sadari, Engkau jatuhkan makananku supaya penjual itu tidak rugi dengan kerugian yang tidak ia sadari, Ya Allah, engkau menakar rizki yang tidak akan tertukar.. apa yang menjadi hak kita akan kembali kepada kita dan apa yang bukan menjadi milik kita tidak akan pernah kita miliki.. Ya Allah, Maha Suci engkau yang telah mengatur alam semesta ini dan dengan kuasamu meletakkan lubang itu tepat berada disitu agar makananku jatuh, dan kembali ke tempat si penjual yang akhirnya menyelamatkanku dari hutang yang tak di sengaja”
Terkadang kita tak tahu dan mungkin kita tak pernah tahu
Sahabat dakwah, yang semoga selalu dalam lindungan Allah Azza Wa Jalla. Ketika kita menyadari bahwa setiap hal yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah sinyal-sinyal dari Allah Azza Wa Jalla untuk selalu dalam kebaikan dan berusaha melakukan kebaikan. Maka, kita akan selalu dan senatiasa berada dalam kebahagian. kisah inspiratif berjudul “Maha Suci Allah SWT yang telah menjatuhkan makananku” ini mungkin salah satunya
ketika kita ikhlash dalam menerima setiap takdir allah. Maka, keikhlasan kita itulah yang akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih berbahagia, menjadi pribadi yang lebih positif, dan mendatangkan rahmat, cinta dan kasih sayang dari Allah Azza Wa Jalla. Hal ini sesuai dengan sabda nabi shollallohu ‘alaihi wasallam :
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Semoga anda menyadari, bahwa anda yang saat ini sedang membaca tulisan ini, telah diatur dan ditakdirkan oleh Allah Azza Wa Jalla berada dalam kebaikan. sayang sekali jika tulisan ini berhenti pada anda. bagikan kepada orang lain agar tulisan ini bisa menjadi lebih bermanfaat dan menginspirasi banyak orang!.