Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam selalu tercurahkan kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya.
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita renungkan betapa pentingnya menjaga hati kita. Allah tidak menilai kita dari penampilan atau harta, namun Allah menilai dari hati dan amal kita. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim no. 2564)
Menjaga hati ini adalah kunci dari kebaikan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, ia adalah hati.”
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Dalam kehidupan ini, hati kita dipengaruhi oleh tiga jenis nafsu. Pertama, nafsul amarah yang selalu mengajak kepada keburukan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(QS. Yusuf: 53)
Nafsu amarah ini harus kita waspadai, karena ia sering kali menjadi sebab kita terjerumus ke dalam dosa.
Kedua, nafsul lawwamah yaitu nafsu yang selalu menyesali dosa-dosa dan keburukan. Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah:
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).”
(QS. Al-Qiyamah: 2)
Nafsu lawwamah ini adalah bukti bahwa seseorang telah mendapatkan pintu hidayah. Ketika hati seseorang merasa menyesal setelah berbuat dosa, maka inilah kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik tersebut akan menghapusnya.”
(HR. Tirmidzi no. 1987, dinyatakan hasan shahih oleh Imam Tirmidzi)
Jika seseorang senantiasa menyambut rasa penyesalan ini dengan taubat dan perbuatan baik, maka ia akan dilatih untuk semakin mendekat kepada Allah. Dengan kebiasaan ini, seseorang akan naik ke tingkat nafsul muthmainnah.
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Ketiga, nafsul muthmainnah adalah jiwa yang tenang, ridha dengan ketentuan Allah, dan selalu dalam ketaatan. Allah berfirman:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
(QS. Al-Fajr: 27-28)
Seseorang yang telah mencapai nafsul muthmainnah merasakan ketenangan karena Allah telah menurunkan sakinah di hatinya, sebagaimana firman Allah:
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang sudah ada.”
(QS. Al-Fath: 4)
Ketenangan ini tidak hanya membuat hidupnya damai di dunia, tetapi juga menjadi bekal ketenangan di akhirat.
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Marilah kita berusaha untuk mencapai tingkatan hati yang tenang ini. Kita harus berjuang menundukkan nafsul amarah, memperbaiki diri dengan nafsul lawwamah, dan semoga Allah memberi kita kekuatan untuk meraih nafsul muthmainnah, jiwa yang selalu ridha dengan ketentuan-Nya.
Demikianlah khutbah ini, semoga bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua.
Wallahu a’lam bishawab.
Khutbah Kedua:
الحمد لله، الحمد لله رب العالمين، حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dengan pujian yang baik dan penuh berkah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Mari kita perbanyak istighfar dan taubat kepada Allah atas segala dosa yang telah kita perbuat. Kita memohon kepada Allah agar diberikan hati yang bersih, dan diberikan sakinah dalam hati kita. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang diridhai oleh Allah.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.