Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita nikmat Islam, nikmat kesehatan, dan nikmat waktu luang. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga hari kiamat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan kali ini, mari kita membahas tentang pentingnya niat dalam beribadah. Banyak di antara kita yang mungkin pernah mendengar bahwa niat adalah hal yang paling mendasar dalam setiap perbuatan. Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan:

“إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى”
“Innamal a’malu bin niyyati, wa innama likullimri’in ma nawa.”
_(HR. Bukhari dan Muslim; derajat: sahih).
Artinya: “Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

Hadits ini menegaskan bahwa setiap amal kita tergantung pada niat yang ada di dalam hati. Termasuk dalam hal ini adalah ibadah-ibadah yang kita lakukan sehari-hari.

Kadang, kita mendengar seseorang shalat dhuha dengan niat agar rezekinya lancar, atau melakukan puasa sunnah dengan tujuan menurunkan berat badan. Apakah hal seperti ini dibenarkan dalam Islam? Mari kita lihat lebih dalam.

Pertama, dalam beribadah, niat yang paling utama haruslah untuk Allah semata. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ”
“Wa ma umiru illa liya’budu Allaha mukhlisina lahud din.”
_(QS. Al-Bayyinah: 5).
Artinya: “Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.”

Ibadah adalah cara kita mendekatkan diri kepada Allah, sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat-Nya. Jadi, niat utama dalam ibadah haruslah mencari ridha Allah, bukan semata-mata karena urusan duniawi. Misalnya, jika kita shalat dhuha, niat kita adalah beribadah kepada Allah. Jika setelah itu Allah melancarkan rezeki kita, maka itu adalah bonus dari Allah.

Kedua, tidak ada salahnya jika kita mendapat manfaat duniawi dari ibadah, seperti kesehatan dari puasa. Namun, tetap harus kita ingat bahwa tujuan utamanya adalah untuk beribadah, bukan sekadar mencari manfaat dunia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“مَن كَانَ يُرِيدُ حَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّي إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَلَا يُبْخَسُونَ”
“Man kana yuriidu hayata al-dunya wa ziinataha nuwaffi ilayhim a’malahum fiha wa la yubkhasoon.”
_(QS. Hud: 15).
Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan kepada mereka balasan amal mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”

Ayat ini mengingatkan kita agar tidak terlalu berorientasi pada dunia dalam beramal. Sebab, apa yang kita lakukan semata-mata untuk dunia, balasannya hanya akan ada di dunia, sementara balasan akhirat bisa hilang.

Ketiga, Rasulullah SAW juga mengingatkan kita tentang pentingnya orientasi akhirat. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

“مَن كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ، فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَن كَانَتْ الآخِرَةُ نِيَّتُهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.”
“Man kanat al-dunya hammahu, farraqa Allahu ‘alaihi amrahu, wa ja’al faqrahu bayna ‘ainayhi, wa lam ya’tihi minad-dunya illa ma kutiba lahu. Wa man kanat al-akhiratu niyyatahu, jama’a Allahu lahu amrahu, wa ja’al ghinaahu fi qalbihi, wa atat-hud dunya wahiya raghimah.”
_(HR. Ibn Majah; derajat: hasan).
Artinya: “Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, Allah akan memecah belah urusannya, dan menjadikan kemiskinan di depan matanya, serta tidak akan mendapatkan dari dunia ini kecuali apa yang telah ditentukan untuknya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, Allah akan mengumpulkan urusannya, dan menjadikan kekayaannya dalam hatinya, serta dunia akan datang kepadanya dalam keadaan terhina (rendah).”

Ini menegaskan bahwa jika kita memfokuskan niat untuk meraih ridha Allah, urusan dunia kita akan dicukupi oleh Allah. Tetapi jika niat kita hanya untuk dunia, maka kita mungkin mendapatkannya, namun akan kehilangan balasan di akhirat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Oleh karena itu, mari kita perbaiki niat kita dalam beribadah. Jadikanlah tujuan utama kita dalam beramal adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Jika ada manfaat duniawi yang datang, anggaplah itu sebagai bonus, bukan tujuan utama.

Semoga Allah senantiasa meluruskan niat kita, memberikan keikhlasan dalam beribadah, dan mencatat amal-amal kita sebagai amal yang diterima. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *